Salam kepada semua makhluk maya
Sempat saya buat video seputar apa yang saya alami, namun
setelah saya mengkaji hasilnya, terlalu awkward buat saya, jika saya saja sudah
merasa terlalu awkward dengan video tersebut, saya merasa orang akan merasa
absurd dengan video tersebut dan akan timbul berbagai macam interpretasi yang
berbeda serta terkesan terlalu mengemis, padahal keinginan saya dari apa yang
akan saya ceritakan adalah orang tidak mengalami hal yang sama atas yang sama
alami, alhasil rekaman tersebut saya tinggalkan, dan saya mencoba untuk menulis
di sini saja atas apa yang pernah alami, terlebih saya berancana akan menulis beberapa
artikel menganai kehidupan yang saya alami, atau mengenai
pengetahuan-pengetahuan yang saya akan kaji (eeeiiittt….saya bukan profesor ya,
walau kepala botak) bebas dong berekspresi.
Hampir sekitar setahun kejadian, lebih tepatnya bulan
September 2019 perusahaan yang saya pimpin tidak dapat diselamatkan lagi dan
lebih parahnya lagi perusahaan tersebut mengalami kerugian yang amat sangat
besar bagi saya yang berstatus tidak memiliki asset apa pun, setengah miliyar
lebih hutang saya dapat, berbagai kajian dan usaha saya lakukan, dari mulai
mengkaji kembali data keuangan perusahaan sampai dengan mencari pinjaman ke
bank, kurang lebih 5 bank saya datangi namun lagi-lagi tak berhasil, awalnya
hanya karena dari surat agunan, tapi setelah saya urus ada lagi yang tak bisa
saya urus, yaitu BI checking saya rusak, tenggelam sudah.
Bukan hanya itu saja, kajian data pun saya lakukan,
namun dalam keadaan stres dan terpojok karena harus membayar hutang, alhasil
kajian data pun semrawut, emosional dalam melihat data hasilnya tidak akan
bagus, terbukti saya salah lagi dalam melihat data, makin kacau suasana,
ditagih hutang sana sini, diterpa gosip yang saya sendiri kurang faham apa
maksudnya, dan yang lebih menjadi pusat perhatian adalah anak istri saya.
Dalam keadaan bingung ditagih hutang dan diterpa gosip
saya merasa harus melindungi keluarga saya terlebih dahulu, saya tak ingin
istri saya mendengar teriakan tagihan hutang dan bisik-bisik gosip yang
tersebar, akan lebih sulit saya menahan emosi untuk menjelaskan semua itu, jadi
saya ambil keputusan untuk berhenti bekerja dan mencari tempat tinggal baru untuk
istri dan anak-anak ku, sementara saya mencari tempat tinggal, istri dan
anak-anak saya titipkan kepada mertua.
Saya perlu menenangkan diri dan berfikir jernih untuk
menentukan langkah selanjutnya, bukan untuk melarikan diri dari hutang
tersebut, cuma atas dasar data di atas saya pikir mereka bukan butuh jawaban
saya, yang mereka butuhkan adalah saya harus bayar hutang, apa pun bahasa yang
saya keluarkan tetap saja hutang saya harus bayar, saya mencoba menyembunyikan
diri dan menghilang, saya lakukan itu karena saya harus mencari uang untuk
keluarga saya, dan yang paling penting membayar hutang-hutang tersebut.
Berbulan-bulan sudah saya lewati namun tak kunjung ada
hasil, saya keluar dari persembunyian, saya hadapi mereka dan kembali
menerangkan dengan nada memohon “saya pasti saya akan bayar, saya hanya butuh
waktu” hanya itu bahasa yang saya punya, dalam hati ingin saya berkata “ saya
akan bayar, namun saya butuh bantuan” dengan menawarkan beberapa konsep, tapi
mereka sudah terlanjur kecewa berat dengan apa yang terjadi, tingkat
kepercayaan kepada saya pun menurun.
Tepat pada bulan Januari saya akhirnya mendapatkan
tempat tinggal untuk keluarga saya, namun lagi-lagi mengalami kebingungan dari
mana saya membayar uang sewa, di sini saya mengambil sebuah rumah untuk disewa,
dan kenapa bukan jenis kontrakan petakan yang mungkin biayanya lebih murah, setelah
berdiskusi dengan istri ku yang tersayang dan yang terkuat maka inilah dasar
keputusan yang saya paksa dia untuk menyetujuinya : yang pertama saya tidak
ingin anak-anak kami merasa syok mendalam atas apa yang saya alami, saya ingin
rumah juga menjadi sarana bermain mereka maka dibutuhkan yang aga besar, kedua saya butuh tempat untuk
berekpresi dan menyusun konsep apa yang harus saya lakukan.
Mengenai biaya sewa rumah, saya meyakinkan istri bahwa
saya pasti bisa bangkit, dan mengikhlaskan apa yang telah kita miliki, termasuk
mobil karena sudah kuat membayar maka dikembalikan ke deller, emas yang
dimiliki oleh istri juga terpaksa harus dikhlaskan pergi untuk membayar sewa
rumah dan untuk makan sehari-hari.
Saya kira cukup cerita tentang apa yang saya alami,
lagi-lagi di sini saya ambil pelajaran penting, namun tidak dijelaskan saat
ini, diartikel selanjutnya saya akan menjelaskan kenapa itu semua terjadi,
namun sebelum saya menjelaskan saya membuat quisioner, saya harap pembaca ikut
berpatisipasi mengisi, dan terimakasih kepada yang telah membaca, saya
menceritakan ini bukan untuk mencari simpati, namun ini lah yang terjadi jika
anda tidak cermat.
Wassalam
Link quisioner klik disini